Yahoo España Búsqueda web

Search results

  1. Soekiman Wirjosandjojo (ejaan ingkang énggal: Sukiman Wiryosanjoyo) (Surakarta, Jawa Tengah, 1898-1974) inggih punika Mahamantri Indonésia kaping enem ingkang njabat wiwit 27 April 1951 - 3 April 1952. Panjenenganipun kalebet tokoh pulitik lan pejuang kamardikan Indonésia ingkang ugi dados tokoh Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonésia).

  2. 20 de jun. de 2022 · Ketika Indonesia kembali ke negara kesatuan, Soekiman Wirjosandjojo terpilih sebagai Perdana Menteri Indonesia keenam pada 27 April 1951-25 Februari 1952 setelah jatuhnya Kabinet Natsir. Namun, Soekiman Wirjosandjojo harus dicopot dari jabatannya itu setelah mendapatkan mosi tidak percaya karena terungkapnya perjanjian keamanan yang dibuat oleh ...

  3. Soekiman Wirjosandjojo adalah Perdana Menteri Indonesia ke-6 yang menjabat dari 1951 hingga 1952 dan Menteri Dalam Negeri sebelumnya dari 1948 sampai 1949. Ia adalah tokoh politik dan pejuang kemerdekaan Indonesia serta anggota partai Masyumi. ...

  4. BAB II : BIOGRAFI SOEKIMAN WIRJOSANDJOJO. B. Pendidikan. 27. B. Pendidikan. Pendidikan merupakan hasil peradaban suatu bangsa yang dikembangkan atas dasar pandangan hidup bangsa yang berfungsi sebagai filsafat pendidikannya, suatu tujuan yang yang menjadi motif, cara suatu bangsa berpikir dan berkelakuan, yang dilangsungkan turun temurun dari ...

  5. 20 de mar. de 2024 · Tidak hanya uang, Soekiman juga memberikan THR dalam bentuk beras yang diberikan setiap bulannya kepada para pegawai PNS. Pada tahun pertama pembagian THR, pembagian tersebut berjalan lancar. Namun, pada tahun berikutnya, tepatnya pada 1952, para pekerja mulai memprotes karena THR hanya diberikan kepada pegawai PNS, sehingga mereka merasa tidak adil.

  6. Penulis berhasil memperkokoh narasi historis adanya kaitan yang kuat antara “keislaman” dan “keindonesiaan” melalui Biografi Politik Soekiman Wirjosandjojo. Dengan demikian, karya ini menjadi sumbangan sangat berharga bagi historiografi Islam di Indonesia dan sangat layak dibaca oleh para sarjana, peneliti sosial politik, aktivis, dan masyarakat luas."

  7. Latar belakang. Pada 21 Maret 1951, Kabinet Natsir dibubarkan karena kehilangan dukungan politik. Lima hari kemudian, Presiden Soekarno meminta pimpinan Partai Nasional Indonesia dan ketua parlemen Sartono untuk membentuk sebuah kabinet koalisi, namun ia gagal mewujudkannya pada 18 April. Pada hari yang sama, Soekarno meminta ketua dewan pimpinan partai Masyumi, Soekiman Wirjosandjojo dan ...